Newest Post
// Posted by :Rezdevost
// On :Kamis
Peninggalan Zaman Prasejarah
Pengartian Prasejarah
Zaman Prasejarah (praaksara) sering disebut juga Zaman
Nirleka, artinya yaitu zaman dimana manusia belum mengenal tulisan, (nir)
artinya tidak dan (leka) artinya tulisan/aksara. Permulaan zaman ini tuh belum
diketahui secara pasti. Namun berdasarkan teori yang dikemukakan oleh
R.Soekmono dapat diketahui bahwa batasan zaman prasejarah diawali dengan
kehadiran makhluk sejenis manusia disuatu daerah dan berakhir saat sudah
ditemukannya sumber tertulis.
Zaman Prasejarah terbagi menjadi empat
zaman, yaitu:
Zaman
Batu
·
Zaman
Paleolitikum (zaman batu tua)
·
Zaman
Mesolitikum (zaman batu tengah)
·
Zaman
Neolitikum (zaman batu muda)
·
Zaman
Megalitikum (zaman batu besar)
Zaman
Logam
·
Zaman
Perunggu
·
Zaman
Besi
ZAMAN
BATU
1.
Zaman Paleolitikum (zaman batu tua)
Zaman batu
tua (palaeolitikum) disebut demikian sebab alat-alat batu buatan manusia
masih dikerjakan secara kasar, tidak diasah atau dipolis. Apabila dilihat dari
sudut mata pencariannya, periode ini disebut masa food gathering (mengumpulkan
makanan), manusianya masih hidup secara nomaden (berpindah-pindah) dan belum
tahu bercocok tanam. Peninggalan pada zaman ini seperti:
a. Kapak Perimbas
Kapak ini
terbuat dari batu, tidak memiliki tangkai, digunakan dengan cara menggengam.
Dipakai untuk menguliti binatang, memotong kayu, dan memecahkan tulang binatang
buruan.
b.
Kapak Genggam
Kapak genggam memiliki bentuk hampir sama dengan jenis
kapak penetak dan perimbas, namun bentuknya jauh lebih kecil. Fungsinya untuk
membelah kayu, menggali umbi-umbian, memotong daging hewan buruan, dan
keperluan lainnya. Pada tahun 1935, peneliti Ralph von Koenigswald berhasil
menemukan sejumlah kapak genggam di Punung, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur.
c.
Flakes (alat-alat serpih)
d. Alat-alat dari
tulang binatang atau tanduk rusa
Salah satu alat peninggalan zaman paleolithikum yaitu
alat dari tulang binatang. Alat-alat dari tulang ini termasuk hasil kebudayaan
Ngandong. Kebanyakan alat dari tulang ini berupa alat penusuk (belati) dan
ujung tombak bergerigi. Fungsi dari alat ini adalah untuk mengorek ubi dan
keladi dari dalam tanah. Selain itu alat ini juga biasa digunakan sebagai alat
untuk menangkap ikan.
2. Zaman
Mesolitikum (zaman batu tengah)
Setelah pleistosen berganti dengan
holosen, kebudayaan paleolithikum tidak begitu saja lenyap melainkan mengalami
perkembangan selanjutnya. Di Indonesia, kebudayaan paleolithikum itu mendapat
pengaruh baru dengan mengalirnya arus kebudayaan baru dari daratan Asia ygna
membawa coraknya sendiri. Kebudayaan baru yang timbul itu dinamakan Mesolithikum.
Kebudayaan mesolithikum ini banyak ditemukan bekas-bekasnya di Sumatra, Jawa ,
Kalimantan, Sulawesi dan di Flores. Dari peninggalan-peninggalan tersebut dapat
diketahui bahwa jaman itu manusia masih hidup dari berburu dan menangkap ikan
(Food-Gathering). Akan tetapi sebagian sudah mempunyai tempat tinggal tetap,
sehingga bisa dimungkinkan sudah bercocok tanam walau masih sangat sederhana
dan secara kecil-kecilan. Bekas-bekas tempat tinggal mereka ditemukan di
pinggir pantai (Kjokkenmoddinger) dan di dalam gua-gua (Abris Sous Roche).
Manusia pendukung kebudayaan Mesolitium adalah bangsa papua-Melasonoid.
Disitulah pula banyak didapatkan bekas-bekas kebudayaannya. Peninggalan pada
zaman ini seperti:
a.
Kapak Sumatra
Bentuk kapak ini bulat, terbuat dari batu kali yang
dibelah dua. Kapak genggam jenis ini banyak ditemukan di Sepanjang Pantai Timur
Pulau Sumatera, antara Langsa (Aceh) dan Medan.
b.
Kapak Pendek (Hache Courte)
Kapak Pendek sejenis kapak genggam bentuknya setengah
lingkaran. Kapak ini ditemukan di sepanjang Pantai Timur Pulau Sumatera.
c.
Kjokkenmoddinger
Kjokkenmoddinger berasal dari bahasa Denmark, Kjokken berarti
dapur dan modding artinya sampah. Jadi, kjokkenmoddinger adalah sampah dapur
berupa kulit-kulit siput dan kerang yang telah bertumpuk selama beribu-ribu
tahun sehingga membentuk sebuah bukit kecil yang beberapa meter tingginya.
Fosil dapur sampah ini banyak ditemukan di sepanjang Pantai Timur Pulau
Sumatera.
d.
Abris Sous Roche
Abris sous
roche adalah gua-gua batu karang atau ceruk yang
digunakan sebagai tempat tinggal manusia purba. Berfungsi sebagai tempat
tinggal.
e.
Lukisan di dinding gua
Lukisan di dinding gua terdapat di dalam abris sous roche. Lukisan
menggambarkan hewan buruan dan cap tangan berwarna merah. Lukisan di dinding
gua ditemukan di Leang leang, Sulawesi Selatan, di Gua Raha, Pulau Muna,
Sulawesi Tenggara, di Danau Sentani, Papua.
3. Zaman
Neolitikum (zaman batu muda)
Boleh dikatakan bahwa neolithikum itu adalah suatu
revolusi yang sangat besar dalam peradaban manusia. Perubahan besar ini
ditandai dengan berubahnya peradaban penghidupan food-gathering menjadi
foodproducing. Pada saat orang sudah mengenal bercocok tanam dan berternak.
Pertanian yang mereka selenggarakan mula-mula bersifat primitif dan hanya
dilakukan di tanah-tanah kering saja. Pohon-pohon dari beberapa bagian hutan di
kelupak kulitnya dan kemudian dibakar. Tanah-tanah yang baru dibuka untuk
pertanian semacam itu untuk beberapa kali berturut-turut ditanami dan sesudah
itu ditinggalkan.
Orang-orang Indonesia zaman neolithikum membentuk masyarakat-masyarakat dengan pondok-pondok mereka berbentuk persegi siku-siku dan didirikan atas tiang-tiang kayu, dinding-dindingnya diberi hiasan dekoratif yang indah-indah, Walaupun alat-alat mereka masih dibuat daripada batu, tetapi alat-alat itu dibuat dengan halus, bahkan juga sudah dipoles pada kedua belah mukanya. Manusia pendukung Neolithikum adalah Austronesia (Austria), Austro-Asia (Khamer-Indocina). Peninggalan pada zaman Neolitikum antara lain:
Orang-orang Indonesia zaman neolithikum membentuk masyarakat-masyarakat dengan pondok-pondok mereka berbentuk persegi siku-siku dan didirikan atas tiang-tiang kayu, dinding-dindingnya diberi hiasan dekoratif yang indah-indah, Walaupun alat-alat mereka masih dibuat daripada batu, tetapi alat-alat itu dibuat dengan halus, bahkan juga sudah dipoles pada kedua belah mukanya. Manusia pendukung Neolithikum adalah Austronesia (Austria), Austro-Asia (Khamer-Indocina). Peninggalan pada zaman Neolitikum antara lain:
a.
Kapak Persegi
Asal-usul penyebaran kapak persegi melalui suatu migrasi bangsa Asia ke
Indonesia. Nama kapak persegi diberikan oleh Van Heine Heldern atas dasar
penampang lintangnya yang berbentuk persegi panjang atau trapesium. Penampang
kapak persegi tersedia dalam berbagai ukuran, ada yang besar dan kecil. Yang
ukuran besar lazim disebut dengan beliung dan fungsinya sebagai cangkul/pacul.
Sedangkan yang ukuran kecil disebut dengan Tarah/Tatah dan fungsinya sebagai
alat pahat/alat untuk mengerjakan kayu sebagaimana lazimnya pahat.
b. Kapak Lonjong
Sebagian besar kapak
lonjong dibuat dari batu kali, dan warnanya kehitam-hitaman. Bentuk keseluruhan
dari kapak tersebut adalah bulat telur dengan ujungnya yang lancip menjadi
tempat tangkainya, sedangkan ujung lainnya diasah hingga tajam. Untuk itu
bentuk keseluruhan permukaan kapak lonjong sudah diasah halus.
Ukuran yang dimiliki
kapak lonjong yang besar lazim disebut dengan Walzenbeil dan yang kecil disebut
dengan Kleinbeil, sedangkan fungsi kapak lonjong sama dengan kapak persegi.
Daerah penyebaran kapak lonjong adalah Minahasa, Gerong, Seram, Leti, Tanimbar
dan Irian. Dari Irian kapak lonjong tersebar meluas sampai di Kepulauan
Melanesia, sehingga para arkeolog menyebutkan istilah lain dari kapak lonjong
dengan sebutan Neolithikum Papua.
c.
Kapak Bahu
Kapak jenis ini hampir sama seperti kapak persegi
,hanya saja di bagian yang diikatkan pada tangkainya diberi leher. Sehingga menyerupai
bentuk botol yang persegi. Daerah kebudayaan kapak bahu ini meluas dari Jepang,
Formosa, Filipina terus ke barat sampai sungai Gangga. Tetapi anehnya batas
selatannya adalah bagian tengah Malaysia Barat. Dengan kata lain di sebelah
Selatan batas ini tidak ditemukan kapak bahu, jadi neolithikum Indonesia tidak
mengenalnya, meskipun juga ada beberapa buah ditemukan yaitu di Minahasa.
d.
Mata panah
Merupakan alat berburu yang sangat urgent. Sealin
untuk berburu, mata panah digunakan untuk menangkap ikan, mata panah dibuat
bergerigi. Selain terbuat dari batu, mata panah juga terbuat dari tulang.
Ditemukan di Gua Lawa, Gua Gede, Gua petpuruh (Jatim), Gua Cakondo, Gua Tomatoa
kacicang, Gua Saripa (sulsel).
e.
Perhiasan
Jenis
perhiasan ini banyak di temukan di wilayah jawa terutama gelang-gelang dari
batu indah dalam jumlah besar walaupun banyak juga yang belum selesai
pembuatannya. Bahan utama untuk membuat benda ini di bor dengan gurdi kayu dan
sebagai alat abrasi (pengikis) menggunakan pasir. Selain gelang ditemukan juga
alat-alat perhisasan lainnya seperti kalung yang dibuat dari batu indah pula.
Untuk kalung ini dipergunakan juga batu-batu yang dicat atau batu-batu akik.
f.
Pakaian dari kulit kayu
Pada zaman ini mereka telah dapat membuat pakaiannya
dari kulit kayu yang sederhana yang telah di perhalus. Pekerjaan membuat
pakaian ini merupakan pekerjaan kaum perempuan. Pekerjaan tersebut disertai
pula berbagai larangan atau pantangan yang harus di taati. Sebagai contoh di
Kalimantan dan Sulawesi Selatan dan beberapa tempat lainnya ditemukan alat
pemukul kulit kayu. Hal ini menunjukkan bahwa orang-orang zaman neolithikum
sudah berpakaian.
g.
Tembikar
Bekas-bekas
yang pertama ditemukan tentang adanya barang-barang tembikar atau periuk
belanga terdapat di lapisan teratas dari bukit-bukit kerang di Sumatra, tetapi
yang ditemukan hanya berupa pecahan-pecahan yang sangat kecil. Walaupun
bentuknya hanya berupa pecahan-pecahan kecil tetapi sudah dihiasi
gambar-gambar.
Di
Melolo, Sumba banyak ditemukan periuk belanga yang ternyata berisi tulang
belulang manusia.
4.
Zaman Megalitikum (zaman
batu besar)
Istilah megalithikum berasal
dari bahasa Yunani, mega berarti besar dan lithos artinya
batu. Jadi, megalithikum artinya batubatu besar. Manusia pra-aksara menggunakan
batu berukuran besar untuk membuat bangunan-bangunan yang berfungsi sebagai
tempat pemujaan kepada roh-roh nenek moyang. Bangunan didirikan untuk
kepentingan penghormatan dan pemujaan, dengan demikian bangunan megalithikum
berkaitan erat dengan kepercayaan yang dianut masyarakat pra-aksara pada saat
itu. Bangunan megalithikum tersebar di seluruh Indonesia. Berikut beberapa
bangunan megalithikum. Peninggalan pada zaman ini antara lan:
a.
Menhir
Menhir biasanya didirikan secara tunggal atau
berkelompok sejajar di atas tanah. Diperkirakan benda prasejarah ini didirikan
oleh manusia prasejarah untuk melambangkan phallus, yakni simbol kesuburan
untuk bumi.
Menhir adalah batu yang serupa dengan dolmen dan cromlech,
merupakan batuan dari periode Neolitikum yang
umum ditemukan di Perancis, Inggris, Irlandia, Spanyol dan Italia. Batu-batu ini dinamakan juga megalith (batu besar) dikarenakan ukurannya.Mega dalam bahasa Yunani artinya besar dan lith berarti batu.
Para arkeolog mempercayai bahwa situs ini
digunakan untuk tujuan religius
dan memiliki makna simbolis sebagai sarana penyembahan arwah nenek moyang.
b.
Punden Berundak
Punden berundak-undak adalah bangunan dari batu yang
bertingkat-tingkat dan maknanya sebagai tempat pemujaan terhadap roh nenek
moyang yang telah meninggal.
Bangunan tersebut dianggap sebagai
bangunan yang suci, dan lokasi tempat penemuannya adalah LebakSibedug/Banten Selatan dan Lereng Bukit
Hyang di Jawa Timur.
c.
Dolmen
Dolmen merupakan meja dari batu yang
bermakna sebagai tempat meletakkan saji-sajian untuk pemujaan. Adakalanya di
bawah dolmen dipakai untuk meletakkan mayat, agar mayat tersebut tidak dapat
dimakan oleh binatang buas maka kaki mejanya diperbanyak sampai mayat tertutup
rapat oleh batu.
Dengan demikian dolmen yang bermakna
sebagai tempat menyimpan mayat disebut dengan kuburan batu. Lokasi penemuan
dolmen antara lain Cupari Kuningan / Jawa Barat, Bondowoso / Jawa Timur,
Merawan, Jember / Jatim, Pasemah / Sumatera, dan NTT.
d.
Sarkofagus
Sarkofagus adalah
keranda batu atau peti mayat yang terbuat dari batu. Bentuknyamenyerupai lesung
dari batu utuh yang diberi tutup. Dari Sarkofagus yang ditemukan umumnya di
dalamnya terdapat mayat dan bekal kubur berupa periuk, kapak persegi, perhiasan
dan benda-benda dari perunggu serta besi.
Daerah tempat
ditemukannya sarkofagus adalah Bali. Menurut masyarakat Bali Sarkofagus
memiliki kekuatan magis/gaib. Berdasarkan pendapat para ahli bahwa sarkofagus
dikenal masyarakat Bali sejak zaman logam.
e.
Arca Batu
Waruga adalah peti kubur
peninggalan budaya Minahasa pada zaman megalitikum. Didalam peti pubur batu ini
akan ditemukan berbagai macam jenis benda antara lain berupa tulang- tulang
manusia, gigi manuisa, periuk tanah liat, benda- benda logam, pedang, tombak,
manik- manik, gelang perunggu, piring dan lain- lain. Dari jumlah gigi yang
pernah ditemukan didalam waruga, diduga peti kubur ini adalah merupakan wadah
kubur untuk beberapa individu juga atau waruga bisa juga dijadikan kubur
keluarga (common tombs) atau kubur komunal. Benda- benda periuk, perunggu,
piring, manik- manik serta benda lain sengaja disertakan sebagai bekal kubur
bagi orang yang akan meninggal.
ZAMAN LOGAM
1.
Zaman Perunggu
Hasil kebudayaan perunggu yang ditemukan
di Indonesia adalah Kapak Corong (Kapak Perunggu), banyak ditemukan
di Sumatera Selatan, Jawa, Balio, Sulawesi dan Kepulauan Selayar
dan Irian. Kegunaannya sebagi alat perkakas. Nekara perunggu(Moko),
bebrbentuk seperti dandang. Banyak ditemukan di daerah : Sumatera, Jawa
Bali, Sumbawa, Roti, Leti, Selayar dan Kep. Kei. Kegunaan untuk acara
keagamaan dan maskawin. Bejana Perunggu, bentuknya mirip gitar Spanyol
tetapi tanpa tangkai. Hanya ditemukan di Madura dan Sumatera; Arca-arca
Perunggu, banyak ditemukan di Bangkinang(Riau), Lumajang (Jatim)
dan Bogor (Jabar). Perhiasan : gelang,
anting-anting, kalung dan cincin. Kebudayaan Perunggu sering disebut juga
sebagi kebudayaan Dongson-Tonkin Cina karena disanalah Pusat Kebudayaan
Perunggu.
2. Zaman Besi
Pada masa ini manusia telah dapat melebur besi
untuk dituang menjadi alat-alat yang dibutuhkan, pada masa ini
di Indonesia tidak banyak ditemukan alat-alat yang terbuat dari besi.
Alat-alat yang ditemukan adalah Mata kapak, yang
dikaitkan pada tangkai dari kayu, berfungsi untuk membelah kayu. Mata Sabit, digunakan untuk menyabit
tumbuh-tumbuhan; Mata pisau; Mata pedang; Cangkul, dll.
Jenis-jenis benda tersebut banyak ditemukan di
Gunung Kidul (Yogyakarta), Bogor, Besuki dan Punung (Jawa Timur).
Peninggalan pada zaman logam, antara lain:
a.
Nekara
Nekara adalah
tambur besar yang berbentuk seperti dandang yang terbalik. Benda ini banyak ditemukan
di Bali, Nusatenggara, Maluku, Selayar, dan Irian.
b.
Moko
Nekara yang
berukuran lebih kecil, ditemukan di Pulau Alor, Nusatenggara Timur. Nekara dan
Moko dianggap sebagai benda keramat dan suci.
c.
Kapak Perunggu
Kapak perunggu terdiri beberapa macam, ada yang berbentuk pahat, jantung, dan tembilang. Kapak perunggu juga disebut sebagai kapak sepatu atau kapak corong. Daerah penemuannya Sumatera Selatan, Jawa, Bali, Sulawesi Tengah, dan Irian. Kapak perunggu dipergunakan untuk keperluan sehar-hari.
d.
Candrasa
Sejenis kapak
namun bentuknya indah dan satu sisinya panjang, ditemukan di Yogyakarta.
Candrasa dipergunakan untuk kepentingan upacara keagamaan dan sebagai tanda
kebesaran.
e.
Perhiasan Perunggu
Benda-benda perhiasan perunggu seperti gelang tangan, gelang kaki, cincin, kalung, bandul kalung pada masa perundagian, banyak ditemukan di daerah Jawa Barat, Jawa Timur, Bali dan Sumatera.
Benda-benda perhiasan perunggu seperti gelang tangan, gelang kaki, cincin, kalung, bandul kalung pada masa perundagian, banyak ditemukan di daerah Jawa Barat, Jawa Timur, Bali dan Sumatera.
TERIMAKASIH
BalasHapus