Newest Post
// Posted by :Rezdevost
// On :Rabu
Perjanjian Renville adalah perjanjian antara Indonesia dan
Belanda yang ditandatangani pada tanggal 17 Januari 1948 di atas geladak kapal
perang Amerika Serikat sebagai tempat netral, USS Renville, yang berlabuh di
pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. Perundingan dimulai pada tanggal 8 Desember
1947 dan ditengahi oleh Komisi Tiga Negara (KTN), Committee of Good Offices for
Indonesia, yang terdiri dari Amerika Serikat, Australia, dan Belgia.
Delegasi Indonesia pada perjanjian Renville, tampak di
antaranya Agus Salim dan Achmad Soebardjo
|
Delegasi
Indonesia terdiri atas perdana menteri Amir Syarifudin, Ali
Sastroamijoyo, Dr. Tjoa Sik Len, Moh. Roem, Haji Agus Salim, Narsun dan
Ir. Juanda. Delegasi Belanda terdiri dari Abdulkadir Widjojoatmojo, Jhr.
Van Vredeburgh, Dr. Soumukil, Pangran Kartanagara dan Zulkarnain.
Ternyata wakil-wakil Belanda hampir semua berasal dari bangsa Indonesia
sendiri yang pro Belanda. Dengan demikian Belanda tetap melakukan
politik adu domba agar Indonesia mudah dikuasainya.
Kali ini kita akan membahas mengapa rakyat Indonesia mau mewakili Belanda dalam Perjanjian Renville, salah satunya adalah Abdulkadir Wijoyoatmojo
- Biografi
Raden Abdulkadir Widjojoatmodjo (lahir di Salatiga, 18 Desember
1904 – meninggal di Den Haag, Belanda, 24 Desember 1992 pada umur 88 tahun)
adalah seorang Belanda-Indonesia dari Jawa, tentara dan diplomat. Setelah
kemerdekaan Indonesia, ia terus tinggal di Belanda. Dia diperlakukan seperti paria. Dia meninggal pada tahun 1992 di Den
Haag dan kemudian dimakamkan di makam keluarga di Karanganyar.
Kolonel Abdulkadir Widjojoatmodjo dan istrinya. |
- Kedekatan dengan Belanda
Dia menghadiri sekolah Belanda dan mengikuti pelatihan
Indologis di Universitas Leiden di bawah Christiaan Snouck Hurgronje yang
merekomendasikan dia kepada Dewan Homegrown. Di sana ia bekerja sebagai
administrator. Pada tahun 1919 ia menjadi sekretaris kedutaan besar Belanda di
Jeddah di Kerajaan Arab Saudi sejak 1916. Pada tahun 1932 ia menjadi wakil
konsul di Mekkah dan karenanya wakil Belanda tertinggi. Tepat sebelum pecahnya
Perang Dunia II ia adalah seorang pegawai senior di New Guinea.
Dari bulan Maret 1944 ia adalah seorang konsultan dalam
pelayanan umum Letnan Gubernur Jenderal Hubertus van Mook bahwa pemerintah Belanda
dari luar Hindia Belanda mencoba untuk memulihkan dengan Belanda Nederlansch
Indies Civil Administration (NICA), dari 1946 Sekutu Militer Administrasi Sipil
Urusan Cabang (AMACAB) dan setelah kepergian pasukan Inggris Departemen
Administrasi
Temporary). Dia sementara ketika Van Mook masih pada akhir
perang, tokoh otoritas tertinggi di Belanda Hindia Belanda di Brisbane. Dia
juga memainkan peran dalam pemulihan otoritas di India timur. Dia diangkat
penduduk (sebagai kolonel dalam KNIL) dari Maluku.
Inilah alasan mengapa Abdulkadir Wijoyoatmojo dipercayai untuk mewakili Belanda dalam Perjanjian Renville yakni karena kedekatannya dengan pihak Belanda.
- Back to Home »
- Abdulkadir Wijoyotmojo Sebagai Perwakilan Belanda Dalam Perjanjian Renville